Posted by : Fatinah Munir 26 February 2018


Ibu dan calon ibu yang selalu semangat belajar, bagaimana sudah makin mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih? Kalau sudah, sekarang mari kita belajar bagaimana caranya belajar. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk lebih membumikan kurikulum yang teman-teman buat. Sehingga ketika teman-teman membuat kurikulum unik (customized curriculum) untuk anak-anak, makin bisa menerjemahkan secara setahap demi setahap karena kita sudah melakukannya. Inilah tujuan kita belajar.

Sebagaimana yang sudah kita pelajari di materi sebelumnya, bahwa semua manusia memiliki fitrah belajar sejak lahir. Tetapi mengapa sekarang ada orang yg senang belajar dan ada yang tidak suka belajar. Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka pelajaran yang berat itu akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit.

Jadi suka atau tidaknya kita pada suatu pelajaran itu bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran. Lebih kepada rasa. Membuat bisa itu mudah, tapi membuatnya suka itu baru tantangan.

Melihat perkembangan dunia yang semakin canggih, dapat kita rasakan bahwa dunia sudah berubah dan dunia masih terus berubah. Perubahan ini semakin hari semakin cepat sekali. Anak kita sudah tentu akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kita. Maka teruslah mengupdate diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari jamannya.

Apa yang perlu kita persiapkan untuk kita dan anak kita ?

Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal. Yaitu belajar hal berbeda, cara belajar yang berbeda, dan semangat belajar yang berbeda.

Belajar Hal Berbeda

Apa saja yang perlu di pelajari ? Yaitu dengan belajar apa saja yang bisa menguatkan iman, sebab iman adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya. Kemudian menumbuhkan karakter yang baik dan menemukan passionnya (panggilan hatinya).

Cara Belajar Berbeda

Jika dulu kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya. Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreativitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya. Kita dapat menggunakan jari tangan kita sebagai salah satu cara untuk melatih keterampilan anak2 kita untuk bertanya. Misalnya seperti di bawah ini.

Ibu jari: How
Jari telunjuk: Where
Jari tengah: What
Jari manis: When
Jari kelingking: Who
Kedua telapak tangan di buka: Why
Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri di buka: Which one.

Jika dulu kita hanya menghafal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berfikir. Anak tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berfikirnya.

Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dg aktif mencari. Untuk mendapatkan informasi tidak sulit hanya butuh kemauan saja. Jika dulu kita hanya menelan informasi dr guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptik

Apa itu berpikir skeptik? Berpikir skeptik yaitu tidak sekedar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.

Semangat Belajar yang Berbeda

Semangat belajar yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya. Tidak sekedar meraih ijazah/gelar tapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.

Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada ditempat pendidikan kita sudah siap dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Maka pada akhirnya kita tidak sekedar sekolah tapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu). Yang harus dipahami di sini adalah menuntut Ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita.

Bagaimanakah dengan Strategi Belajarnya?

Strategi belajarnya adalah dengan menggunakan strategi meninggikan gunung bukan meratakan lembah. Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal-hal yang mereka minati dan kita sebagai orangtuanya mensupportnya semaksimal mungkin. Misalnya jika anak suka bola maka mendorongnya dengan memasukkannya pada club bola, maka dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.

Sebaliknya jangan meratakan lembah, yaitu dengan menutupi kekurangannya. Misalnya apabila anak kita tidak pandai matematika justru kita berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai matematika dengan menambah porsi belajar matematikanya lebih sering (memberi les misalnya). Ini akan menjadikan anak menjadi semakin stress. Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan atau kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira.

Orang tua tidak perlu lagi mengajar atau menyuruh anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan. Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga ia melakukannya dengan senang hati.

Bagaimanakah membuat anak menjadi anak yang suka belajar ?

Caranya adalah dengan mengetahui apa yang anak-anak mau atau minati, mengetahui tujuan atau cita-citanya, mengetahui passionnya. Jika sudah mengerjakan itu semua maka anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati.

Good is not enough anymore we have to be different. Baik saja itu tidak cukup, tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).

Peran kita sebagai orang tua adalah sebagai pemandu anak di usia 0-8 tahun, sebagai teman bermain anak-anak kita di usia 9-16 tahun. Kalau kita tidak mengikuti peranan di atas, maka anak-anak akan menjauhi kita. Dan anak akan lebih dekat atau percaya dengan temannya sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita di usia 17 tahun keatas.

Adapun cara mengetahui passion anak adalah dengan observation (pengamatan), engage (orang tua ikut terlibat), watch and listen (orang tua melihat dan mendengarkan suara anak). Orang tua juga bisa memperbanyak ragam kegiatan anak, olah raga, seni dan lain-lain. Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu. Anak juga perlu diajak diskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.

Setelah itu, bantu anak mengolah kemampuan berpikirnya dengan melatih anak untuk belajar bertanya. Caranya dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu obyek. Kemudian minta anak belajar menuliskan hasil pengamatannya belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya. Kemudian minta anak melakukan presentasi, yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapatkan atau dipelajari. Selain itu, kemampuan berpikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.

Selamat belajar dan menjadi teman belajar anak-anak kita!

Salam Ibu Profesional,
Tim Matrikulasi IIP

Refrensi:
Dodik Mariyanto, Learning How to Learn, materi workshop, 2014
Joseph D Novak, Learning how to learn, e book, 2009

Leave a Reply

Terima kasih atas komentarnya :)

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -